Digital di Indonesia

digital Post by: brahmastagi No Comments »

Berbagai pemberitaan dan tulisan mengenai perkembangan teknologi dan media digital kadang membawa kita pada persepsi perubahan yang berlebihan. Untuk Indonesia kita harus tetap berpijak pada fakta-fakta seberapa jauh budaya digital ini sudah merambah masyarakat Indonesia.

Beberapa catatan mengenai penggunaan digital media di Indonesia ialah:

  1. Pengguna Internet di Indonesia hingga kini berada di Angka 25 juta artinya tingkat penetrasi Internet baru menjangkau kurang lebih 10% dari masyarakat Indonesia. Namun dilihat dari profile pengguna Internet, sebagian besar pengguna Internet adalah kalangan ekonomi menengah atas yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
  2. Penggunaan handphone sebagai alat komunikasi sudah mencapai lebih dari 80 juta pengguna dapat di perkirakan tingkat penetrasi Mobile di Indonesia sudah mencapai lebih dari 40% masyarakat Indonesia.  Promosi dengan menggunakan SMS akan menjadi marak. Telkomsel telah mengeluarkan kartu As Fress yang intinya akan digunakan sebagai medium pemasaran.
  3. Namun penggunaan mobile sebagai terminal untuk mengakses web masih kecil, hal ini kemungkinan disebabkan masih mahalnya wireless broadband di Indonesia. Hal ini dapat menjadi penghambat ketika marketer ingin mengintegrasikan mobile ad mereka dengan microsite dari produk bersangkutan.
  4. Disisi lain TV broadcast sudah mencapai tingkat penetrasi diatas 90%. Karena TIVO belum menjamur di Indonesia maka TV masih menjadi media utama dengan reach yang luas jika marketer  ingin menjangkau pasar menengah bawah, karena merekalah para pemirsa TV kebanyakkan.
  5. Generasi yang lahir di era 1980 akhir atau 1990-awal di kota-kota besar dapat dipastikan terekspose dengan berbagai digital teknologi mulai dari mobile phone, computer hingga internet. Mereka akan memasuki pasar tenaga kerja sekitar tahun 2010-an dengan membawa behavior digital, dalam tahun 2010 kedepan pengetahuan akan implikasi digital dalam Bisnis mulai dari marketing, PR, HR, Research dll menjadi benefit tersendiri, terutama perusahaan dengan pasar menengah ke atas.
  6. Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia kebanyakan sudah memiliki website, namn perusahaan denganmodel Bisnis yang sederhana biasanya tidak memiliki website sendiri.
  7. Saat ini mulai kembali muncul banyak Bisnis berbasis web mulai dari online shop, online new portal, dating, dll. Yang dikelola dengan serius. Setelah masa-masa kehancuran dotcom di era 1998, portal web baru ini mencerminkan kebangkitan kepercayaan investor pada medium Internet.
  8. Perusahaan penerbitan mulai melihat web sebagai media kedepan dan source of future revenue. Selain detik.com yang masih Berjaya, group kompas gramedia juga secara aggressive melakukan ekspansi di medium mobile dan internet langkah terakhir yang cukup besar dilakukan mereka ialah menggratiskan Koran Kompas, tulang punggung group di web.
  9. Tumbuhnya group pengguna asal Indonesia di berbagai Social network site seperti  facebook dan friendster menunjukan preferensi generasi baru dalam menggunakan Internet yang mengarah pada penggunaan media social.

Demikian beberapa catatan yang bisa saya tuliskan sementara ini.

Mass Collaboration Untuk Bersaing Secara Global

Theory Post by: brahmastagi No Comments »

Dalam bukunya Wikinomic, Don Tapscott menulis dengan berbagai perkembangan teknologi dan munculnya fenomena global brain, wisdom of crowd maka untuk dapat bertahan perusahaan harus dapat mengadopsi fenomena tersebut melalui kolaborasi secara global yang menurutnya dapat di bagi menjadi beberapa cara.

  1. Peer production, peer production berarti berkolaborasi dengan sesama (peer) untuk membuat sesuatu. Bentuk kerjasama ini bisa berupa proyek outsourcing yang sudah teruji separti yang di lakukan Linus Torvald dalam mengembangkan Linux atau yang dilakukan oleh Mozilla dengan browser fire Foxnya. Pada level korporat IBM melakukannya dengan menggandeng komunitas opensource, untuk menciptakan operating system deserver-servernya.
  2. Ideagora, Don menggunakan istilah Ideagora untuk merujuk bahwa saat ini perusahaan dapat memanfaatkan otak-otak genius diluar perusahaan untuk kepentingan perusahaan. Cara-cara yang dilakukan kurang lebih bisa seperti P&G yang memanfaatkan jasa Innocentive untuk mencari ide yang bagus untuk memanfaatkan paten-paten perusahaan yang belum di manfaatkan. Atau bisa seperti Starbuck, dalam mencari ide minuman Starbuck baru melalui websitenya. Begitu juga yang dilakukan Dell melalui webnya Ideastorm.
  3. Prosumers, produsen konsumen, dimana konsumen dapat menjadi produsen yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Prosumers ini merupakan efek langsung dari berkembangnya trend consumer generated content, dimana sebagian besar content (dalam hal web content inilah yang di jual) dibuat oleh consumer. Ini terjadi terutama dalam situs social network seperti flickr dimana foto-foto yang “dijual” untuk di lihat pengunjung site di upload oleh komunitas atau konsumennya flickr, juga Second Life dimana user/consumer dapat meng create benda dalam linkungan virtual second life.
  4. New Alexandria, Internet merupakan satu perpustakaan besar dimana didalamnya banyak informasi dan pengetahuan manusia sepanjang sejarah. Perusahaan seperti Google dan Microsoft saat ini berlomba untuk mendigitalisasikan berbagai buku-buku dari berbagai perpustakaan besar didunia. Google bahkan memiliki visi untuk mengorganisasikan informasi dunia. Sumber daya yang besar ini merupakan peluang bagi siapapun yang dapat memanfaatkannya. Aspek lain dari tren ini ialahperkembangan pengetahuan secara collaborative seperti yang dilakukan konsorsium perusahaan farmasi besar untum memetakan genom manusia.
  5. Open Platform, untuk meningkatkan proses pengembangan yang cepat dan murah beberapa perusahaan membuka platform produk atau aplikasinya sehingga pihak luar dapat mengembangkan sendiri aplikasi yang pada akhirnya akan menguntungan sang pemilik platform. Seperti yang dilakukan facebook, ditahun 2003 facebook memutuskan untuk membuka platformnya bagi developer luar dan facebook juga mengijinkan para developer itu mendapatkan revenue baik dari penjualan CPC atau CPM, hasilnya ribuan platform dikembangan dan akhibatnya user experience facebook meningkat dan para user berdatangan mendaftar.
  6. Global Manufacture, jaman dimana perusahaan melakukan segalanya sendiri telah berakhir. Diawali oleh trend outsourcing, offsourcing saat ini perusahaan besar seperti Boeing dan BMW tidak lagi melakukan segalanya sendiri. Dalam era outsourcing, perusahaan yang memberi pekerjaan memberikan gambar desain yang detail yang harus di ikuti oleh perusahaan outsourcenya. Namun dalam era global manufacture  ini, sang perusahaan outsource berubah menjadi partner, dalam pengertian, mereka turut dilibatkan mulai dari awal perencanaan produk, desain produk, dan turut menentukan proses serta kualitas produk. Dengan demikian perusahan induk dapat lebih mengoptimalkan ekosistem perusahaan dan partner-partnernya.
  7. Wiki Workspace,  Kolaborasi tidak hanya antara internal perusahaan dengan external perusahaan. Bahkan didalam internal perusahaan juga dapat terjadi kolaborasi yang konstruktif. Misalkan saja bagaimana membangun knowledge database pemecahan masalah customer dapat dibangun dengan menggunakan Wiki, sebuah medium yang dapat di edit bersama-sama secara demokratis. Pengertian lain Wiki workspace ini ialah implikasi pada proses collaboration dalam berbagai proses internal perusahaan seperti komunikasi, evaluasi proyek. Trend ini diperkuat juga dengan semakin banyaknya orang yang bekerja dari rumah.

Demikian beberapa hal yang dibahas Don dalam bukunya.

Data, Senjata Baru Marketer

Theory Post by: brahmastagi No Comments »

Dalam perencanaan program marketing yang konvensional, pengukuran efektifitas program dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan seperti:

  1. Peningkatan Penjualan, parameter yang paling disukai ialah peningkatan penjualan dihubungkan dengan program pemasaran yang dilakukan. Perhitungan sederhananya berapa dana telah dikeluarkan, berapa peningkatan sales yang terjadi. Namun pendekatan ini memiliki banyak kelemahan karena kadang ada time lag antara promosi dan result tidak langsung terjadi, dan juga (menurut marketer) sukses promosi tidak hanya diukur dengan penjualan langsung yang terjadi, namun juga investasi terhadap Brand yang dibangun. Diharapkan dalam jangka panjang Brand yang kuat akan menjamn cash flow yang lancer.
  2. Market Research, dengan melalui berbagai data research yang di provide oleh konsultan research perusahaan dapat melihat pergerakan awareness produk secara umm, dan secara spesifik seperti apakan message telah tersampaikan? Berapa persen dari target market  telah aware terhadap produk. Market research ini berbagai macam dan mengukur berbagai hal mulai dari rating acara TV hingga Top of mind dari brand tertentu. Permasalahannya ialah biaya yang relative mahal dan evaluasi terhadap program dilakukan secara intermittent dalam periode tertentu atau di akhir program, selain akurasi yang kadang di ragukan jika menggunakan konsultan research yang kurang terkenal.
  3. Brand Equity, kadang untuk produk baru tingkat pengembalian bisa di ukur dengan melihat peningkatan brand equity dari suatu merek. Brand Equity ini terdiri dari awareness, perceive value, association, loyalty dan lain-lain yang berhubungan dengan Brand. Tentu saja evaluasi juga dilakukan melalui market research.

Ok, evaluasi secara total dapat dilakukan namun perusahaan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membayar konsultan market research dan biasanya dilakukan diakhir period

Sekarang ditengah majunya teknologi informasi dan komunikasi, marketer mendapat senjata baru yang memerlukan paradigm baru dalam melihat data. Dunia digital menawarkan data-data yang sangat akurat dan terukur untuk setiap aktifitas marketing di media online. Mulai dari pageview, jumah visit, lamanya visit, konten yang banyak diakses, berapa anggota komunitas brand, apa yang mereka bicarakan, apa yang mereka kritik, apa saya yang mereka akses dengan usaha yang tidak terlalu banyak bisa didapat.

Bahkan tingkat buzz bisa diukur dengan menghitung jumlah posting dan comment serta visitor terhadap issue tertentu, situs seperti Digg dan Technorati bisa memberikan buzz matrics yang akurat berdasarkan database mereka. (Untuk Indonesiatentunya kita perlu meletakannya dalam konteks)

Dalam media digital Beberapa hal mengenai data berubah:

  1. Data dapat diperoleh dengan seketika dan setiap saat atau realtime, sehingga evaluasi dapat dilakukan kapan saja. Keuntungannya ialah jika ada penyimpangan dapat langsung di perbaiki tanpa harus menunggu program marketing selesai.
  2. Data bisa langsung di jadikan parameter sukses tidaknya suatu program marketing secara terukur. Tingkat ROI bisa di hitung dengan mengkonversi data yang didapat dengan cost yang seharusnya timbul. Misal biaya akuisisi customer secara konvensional dapat dijadikan patokan dalam menghitung akuisisi di online community. Transparannya data disatu sisi memberi tekanan besar pada marketer untuk semakin efektif dan efisien dalam membuat program (tidak ada tempat menghindar lagi) namun disisi lain menjadi pendukung yang efektif dalam pengajuan budget di awal tahun.
  3. Data akan menjadi dasar dan pondasi dalam marketing. Hal ini termasuk dalam merencanakan program marketing kedepan, dalam menemukan program yang cocok, dalam mengembangkan produk, dalam mengevaluasi penjualan, evaluasi program marketing dst. Data akan menjadi Lifeblood dari marketing kedepan. Kurang lebih mirip dengan data rating yang selalu men-drive ad placement di TV saat ini, namun dilakukan dalam konteks yang lebih luas.

Demikian beberapa perubahan yang akan terjadi, so marketer kedepan akan lebih rasional, lebih terukur dan kredibel. Saran untuk sekolah Bisnis dengan focus marketing, pengembangan kemampuan (skill) kreatifitas, berhitung, komunikasi dan nalar analytic harus menjadi basic kurikulum disamping mata pelajaran lain yang bersifat knowledge.

Value Baru Bagi Generasi Baru

Online Culture, Uncategorized, business 2.0 Post by: brahmastagi No Comments »

Inti dari marketing terletak pada bagaimana menciptakan value bagi pasar yang dilayaninya. Value atau nilai di mata konsumen atau kustomer secara sederhana dapat di lihat sebagai perbandingan antara keuntungan yang dinikmatinya (+value) yang bisa secara fisikal dari menikmati produk atau service, bisa pula secara emotional yang timbul dari persepsi tertentu, dengan biaya atau cost (-value) yang dikeluarkannya. Cost ini bisa berupa waktu yang di habiskan, enargy, usaha yang perlu dikeluarkan dst.

Dalam konteks media digital dan dengan munculnya generasi baru yang besar bersama Internet, ada beberapa nilai yang bergesar. pergeseran ini ditandai oleh kemunculan fenomena Social media, yang di dorong oleh perkembangan teknologi komnikasi dan informasi secara digital.

Beberapa hal yang memiliki nilai lebih dimata generasi ini diantaranya:

1. Keterbukaan dan Transparansi, generasi baru yang tumbuh dengan internet terbiasa dengan akses informasi yang bebas, sehingga keterbukaan dan transparansi suatu Brand atau perusahaan akan dapat menaikkan imagenya dimata mereka.

2. Customer Involvement, social media dan banyak perkembangan teknologi terakhir mengakibatkan “shifing power” atau pergeseran kekuatan dari para pemasar dan pemilik media ke konsumen dan kustomer. Hal ini memicu juga trend Customer Generated Content dimana konsumenlah yang menciptakan content dan dengan demikian menciptakan nilai. jadi perusahaan atau brand perlu mengadopsi hal ini dengan memberikan fasilitas atau program yang memungkinkan konsumen untuk terlibat aktif.

3. Free, Perusahaan harus memikirkan ulang di sisi mana akan mengambil margin keuntungan, dan disisi lain memberikan produk atau layanan gratis kepada konsumen. Ini perlu dilakukan karena Free gift atau fasilitas memiliki nilai sendiri dimata konsumen.

4. Jujur dan terpercaya, era ini lebih dari era manapun kepercayaan dan kejujuran perusahaan terhadap pasarnya mendapat porsi perhatian yang besar. Karena dengan berbagai teknologi yang berkembang sekarang ini, perusahaan tidak bisa menghindar. Peribahasa serapat-rapatnya di tutup bau bangkai akan tercium juga menjadi relevan dalam dunia digital ini.

5. Community, adanya komunitas diseputar produk atau jasa perusahaan Anda bisa menimbulkan penambahan nilai lebih. Hal ini dikarenakan komunitas dapat berfungsi sebagai proof of product atau service dari perusahaan, logikanya tidak akan ada komunitas bila produknya buruk dan di benci. Komunitas juga memungkin saluran bagi konsumen atau calon konsumen bertukar pendapat mengenai produk, bisa dimanage dengan benar bisa menjadi WOM generator yang dasyat.

6. Authentic & Originality, dalam dunia yang saling terhubung dan tanpa batas ini menjadi original dan authentic menjadi semakin penting. Bagi bagi perusahaan, produk atau brand yang dikeluarkan. Penting karena bila produk anda tidak authentic maka tidak akan tertangkap oleh radar konsumen, karena mereka berasumsi hanya produk sejenis lainnya.

Jadi pada intinya dalam era digital marketing, tahap konsepsi dimana dirumuskan produk value, brand value, differentiation menjadi sangat penting. Sebelum dilempar ke pasar konsepsi-konsepsi tersebut harus sudah jelas dan clear bagi perusahaan, dengan demikian pada saat pelaksanaan dapat dilakukan secara konsisten dan terintegrasi.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in