Kemacetan lalu-lintas bagi kebanyakan warga kota besar adalah menu sarapan pagi yang harus ditelan bulat-bulat tanpa punya pilihan lain sehingga kekesalan pun ditanggapi dengan bermacam reaksi, mulai dari yang doyan memaki, sampai yang mencoba beradaptasi dan yang sudah tidak peduli lagi.
Kemacetan membuat segala hal jadi tidak efisien, mulai dari efisiensi bahan bakar kendaraan sehingga menjadi pemborosan, sampai dengan efisiensi waktu yang perlu dihabiskan untuk mencapai dari satu titik ke titik lain di kota ini. Kalau ada yang bilang ‘time is money‘, maka bisa dibayangkan betapa mahalnya hidup di kota ini, sehingga banyak uang yang yang terbuang percuma.
Selain itu, sadarkah Anda bahwa banyak biaya yang harus kita bayar akibat kemacetan. Seperti biaya kerugian karena stress si biang penyakit jiwa dan raga (yang akan dan mungkin segera muncul) dan juga biaya kerugian moril perusakan bumi dan lingkungan yang seharusnya kita bayar di muka pada generasi anak cucu kita kelak. Bayangkan jika kemacetan itu terjadi 10 kilo meter di sebuah jalan 3 jalur, berapa banyak gas emisi karbon yang dilepaskan ke udara kota selagi kendaraan sebanyak itu merayap? Dan dalam situasi ekonomi global dan parahnya tingkat kerusakan bumi seperti sekarang ini, sejujur-jujurnya, we can’t afford traffic jam every working day! We just don’t have the time and the money. It’s just too much.
Di saat seperti inilah kesadaran bahwa kehidupan digital masa kini dapat selaras dengan gerakan penyelamatan lingkungan dan bumi menjadi sangat penting. Kesadaran ini justru diperoleh teman saya ketika dia mengalami hari yang menyebalkan. Rutinitas paginya mengantar anak-anak sekolah kemudian pergi ke kantor hari itu tersendat oleh macet yang luar biasa. Tanpa mau berlama-lama terombang-ambing di tengah arus kemacetan, teman saya memilih untuk berbalik arah dan pulang ke rumahnya.
Dan ya, ternyata life goes on, and in fact, it went well, in the end! Teman saya akhirnya memilih bekerja dari rumah di hari itu dan ternyata dengan koneksi internet, semua masalah kantor bisa ditangani. Komunikasi dengan rekan sekantor pun bukan isu karena adanya instant messaging. Bahkan dengan bandwith yang memadai, masalah koordinasi ini bisa diatasi juga lewat teleconference via webcam atau voice call. Meeting dengan klien pun bisa dilakukan dengan cara yang sama atau via email. Intinya, hari itu teman saya bekerja dengan sangat produktif dari rumah dan siangnya masih sempat menjemput anak-anak dari sekolah sebelum kemudian kembali bekerja hingga sore, bahkan tahan hingga larut malam karena energi tidak habis ditelan kemacetan di jalan. What a life.
Dengan tidak harus berpartisipasi dalam kemacetan, selain hemat energi dan ramah lingkungan dengan tidak menghasilkan gas emisi (setidaknya menghasilkan lebih sedikit gas emisi), kualitas hidup juga bisa berubah menjadi jauh lebih baik. Lebih banyak waktu bisa diluangkan untuk keluarga tercinta. Mengenai masalah kualitas hidup ini, ketika semakin baik, konon mempengaruhi kesehatan jiwa raga kita pula. Men sana in corpore sano, jargon yang sering kita dengar di kalangan anak sekolah dulu.
Satu poin yang bisa dicatat dengan harapan segera terwujud adalah sudah saatnya strategi pembangunan infrastruktur kota memprioritaskan pembangunan dan pengembangan infrastruktur telekomunikasi / internet juga. Satu solusi ramah lingkungan yang bisa membuat warga kota melakukan conference video call berkualitas baik berkat internet berkecepatan tinggi yang terjangkau harganya. Konsep traveling without moving atau meeting without physically meet yang sederhana inilah yang sebetulnya bisa memberikan dampak luar biasa besar. Bertukar pikiran dengan rekan kerja seakan berada dalam satu ruangan ketika sebetulnya terpisahkan jarak bukanlah hal yang sulit.
Efisiensi adalah kata kuncinya. Jika gambaran kinerja tersebut masih belum bisa diterima oleh banyak perusahaan, mudah-mudahan dengan dibarengi perkembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi / internet yang baik dan terjangkau, akhirnya konsep itu dapat juga diterima. Sudah saatnya kita lebih kreatif dalam mencari pemecahan masalah kemacetan lalu lintas yang sudah mengkronis itu. Tidak selamanya masalah yang berhubungan dengan jalan diatasi dengan pembangunan fisik jalan. Toh banyak “jalan” menuja Roma, bukan?
Recent Comments