Groundswell

Online Marketing Post by: brahmastagi No Comments »

Sebuah buku dari Charlene Li berjudul Groundswell mencoba menjabarkan kekuatan baru yang muncul di Internet berkaitan dengan kemunculan fenomena social media dan social teknologi di Internet.

Istilah ini per definisi yang say terjemahkan secara bebas ialah fenomena dimana konsumen atau kustomer tidak lagi mencari data informasi dari institusi-institusi resmi melainkan dari sesama konsumen dan kustomer. Secara umum fenomena ini menandai shifting power dan kontrol dari corporation atau perusahaan ke tangan konsumen. Kalau dulu perusahaan terutama media banyak mendrive informasi yang di lepas ke masyarakat melalui media konservatif seperti perusahaan consumer goods memasang iklan di TV, majalah, Koran, radio untuk menanamkan image tertentu di mata konsumennya. politisi membayar media dan PR untuk menyampaikan informasi mengenai image publik nya. Dokter dan para ekspert, konsultan memberikan informasi mengenai obat mana yang baik, produk mana yang baik dst.

Saat ini dengan fenomena Groundswell ini, konsumen berinteraksi dengan sesamanya dengan lebih intens dan lebih terbuka, melalui beberapa teknologi sosial yang ada sat ini konsumen atau kustomer mencari informasi sendiri kepada sesama konsumen. Pada kenyataannya mereka lebih percaya pada konsmen lain yang telah menggunakan produk tertentu dari pada apa yang dikatakan marketer dari perusahaan tersebut. sebagai contoh (ini dari pemahaman saya sendiri):

1. Untuk memilih mobil yang hemat, bagus, konsumen tidak lagi bertanya pada salesmen berapa penggunaan bahan bakarnya, melainkan mereka akan bergabng dengan komunitas mobil dan bertanya pada sekumpulan konsumen lain untuk mendapakan kesaksian asli.

2. Untuk memilih buku, konsumen bisa membaca buku yang mendapat review yang bagus ataupun mempunyai rating yang tinggi

3. Membeli obat, konsumen dapat mengakses web untuk mencari ingridient dari obat tersebut dan detail pengunaan serta manfaat obat. mereka mencari refference dokter yang baik yang peduli dengan pasien berdarakan masukkan dari komunitas.

4. Membeli rumah, dan menentukan lokasi banjir atau tidak, mereka lebh percaya pada apa yang dikatakan oleh members lain yang sudah tinggal di daerah tertentu dibanding dari broker propertynya.

5. Memilih sekolah Anak, Menentukan liburan dan banyak hal lainnya semuanya saat ini bisa didapat di internet dan karenanya konsumen cenderung untuk mendapatkan informasi-informasi tersebut dari sesamanya.

So, para pemilik produk atau brand, perlu waspada karena sekarang Anda tidak lagi in control terhadap pembentukan Brand atau image produk Anda.

Folksonomi

Online Culture Post by: brahmastagi No Comments »

Dalam dunia penamaan dikenal ilmu yang namanya Taxonomi. dalam hal ini nama-nama dan pengkategorisasian di tentukan oleh yang kita sebut expert, yang lainnya akan mengikuti apa yang dikatakan expert ini.

Dalam dunia digital online yang didominasi dengan tagging pengkategorisasian ini berubah berada ditangan para kontributor internet yang memasukkan tag tertentu untuk setiap content yang di uploadnya. sehingga sifatnya bottom up. inilah yang disebut folksonomi.

Bisnis terutama marketing yang ingin membangun Brand di digital media perlu sadar hal ini karena hal inilah yang mungkin membentuk brand asosiasi dari brand Anda. bayangkan kalau para netter tersebut secara bersama-sama memberi tag jelek untuk produk anda, maka nama brand Anda bisa hancur. Contoh kalau prodsen minuman air minum dalam beberapa tulisan di blog yang membahas masalah ini di sebut dengan tag air bau (katakanlah sang produsen menambahakn wangi tertentu dalam produk sebagai differensiasi) maka asosiasi yang terbentuk bukannya air yang wangi tapi yang bau.

Yang perlu disadari ialah hal-hal seperti ini bisa terjadi dan tidak terelakkan.

Kalau orang dahulu mengatakan hati-hati dengan kata-kata, karena kata-kata lebih tajam daripada pedang yang paling tajam.. well dalam dunia digital yang di driven oleh sosial teknologi, dan consumer content created ini, kata-kata atau tulisan telah menjelma dari pedang menjadi Bom.

Online/Mobile Media bisa jadi sarana efektif bagi politisi

Online Branding, Online Culture Post by: brahmastagi No Comments »

Pesta Demokrasi di Indonesia seakan tidak pernah habis. Hampir sepanjang tahun, kita disibukkan berbagai pemilihan untuk para pemimpin kita. Di tiap daerah provinsi bergantian menggelar Pilkada, dan dalam waktu dekat pula, Pemilihan untuk memilih pimpinan tertinggi negara ini akan digelar pula.

Bicara mengenai politik dan digital media, ada beberapa hal menarik yang bisa kita lihat:

1. Pengumpulan dana kampanye, dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat. Barack Obama yang cukup berani mengambil langkah tidak lazim dengan berkampanye melalui media online, bisa mengungguli kompetitor satu partainya Hillary dalam perolehan dana. Diberitakan oleh Washington Post, dalam kurun waktu dua bulan (Jan-Feb 2008), berhasil mengumpulkan dana kampanye sejumlah 91 juta Dolar Amerika, yang dikumpulkan dari lebih 1 juta donatur.

2. Image publik, digital media dapat membantu calon untuk membangun imagenya dengan lebih dekat dengan konstituennya, bisa dilakukan melalui email, social network, sms dst. saya ingat saat pemilihan gubernur DKI kemarin Fauzi Bowo, cukup gencar melancarkan kampanye melalui email dan juga sms, saya pribadi menerima materi kampanye tersebut. walau karena tidak melalui opt in, kesannya jadi lebih ke spam. SBY sendiri pernah memanfaatkan sms untuk kalau tidak salah mengucapkan ucapan selamat kepada rakyat Indonesia, tentunya menerima sms dari presiden menimbulkan implikasi kedekatan tertentu di hati penerimanya.

3. Public vote, Public opinion, digital media bila dimanfaatkan secara benar, dapat menjadi media yang efektif dalam membentuk public opinion, mengenai issue tertentu.

4. Kepercayaan publik, setelah image/personality terbentu perlahan dapat dibangun kepercayaan publik pada figur politik atau partai politik tertentu, karena track record sang kandidat dapat di trace balik sehingga bial sang partai atau politikus tersebut konsisten antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan, maka akan dapat menimbulkan kepercayaan rakyat.

5. Feed back, media digital dapat menjadi sarana mendapatkan masukkan atau feed back dengan mudah dan cepat. dari hasil-hasil ini dapat segera dilakukan evaluasi untuk improvement kedepannya.

Demikian beberapa hal yang dapat di raih oleh mereka yang bergerak dalam dunia politik. Online media memungkinkan cakupan luas dan menjangkau banyak orang, saat ini Indonesia terdapat lebih dari 20 juta pengguna internet yang pastinya juga merupakan pemilih potensial pemilu.

Smart Agent

Online Marketing Post by: brahmastagi No Comments »

Saat ini terdapat milyar lebih halaman web di Internet. Berbagai informasi menjadi begitu banyaknya sehingga dalam keterbatasan waktu dalam upaya mencari informasi sangat sulit mencari info yang memang penting dan kita butuhkan. Bayangkan bila Anda ingin mencari info tentang rumah, ketika Anda mengetik rumah di google katakanlah muncul hasil query sebanyak 24 juta halaman (saya coba sendiri) jika kita cek satu-satu akan memakan banyak sekali waktu.

Perkembangan web berikutnya yang kerap dikatakan web 3.0 banyak menitik beratkan pada personalization. Salah satu fitur yang akan menjadi umum nantinya ialah kebaradaan smart agent.

Smart agent ialah program pintar yang dirancang untuk memfilter informasi berdasarkan kebutuhan orang yang memprogramnya, jadi jika saya membutuhkan rumah yang nyaman dengan harga murah dikawasan Kemang Jakarta misalnya, saya bisa memasukkan input ke program itu, dan program tersebut akan mencari data yang saya butuhkan dan menyajikannya dalam short list rekomendasi tanpa saya harus bersusa payah mencarinya.

Dalam beberapa hal bahkan smart agent ini bisa diprogram untuk mencari data sesuai dengan preference kita berdasarkan data search dan browsing sebelumnya.

Bisnis terutama yang berbasis web harus menyadari kemunculan smart agent ini, karena dengan keberadaan smart agent ini ada beberapa playing rule yang berubah seperti optimalisasi web untuk search engine jadi tidak akan lebih di arahkan pada bagaimana smart agent ini mencari informasi.

Content VS Conversation

Theory Post by: brahmastagi No Comments »

Diawal perkembangan Internet, tepatnya diawal kebangkitan web B2C di amerika konten menjadi raja, content is the king katanya. Web-web yang sukses mengembangkan webnya fokus pada penyediaan konten yang menarik dan hebat.

Dalam masa masa web 2.0 dimana web-web yang berkembang pesat ialah web social network yang di dasari atas user generated content, value dari web dibangun berdasarkan konsep co-creation. disini konten tetap menempati posisi yang penting dalam membangun value suatu website, namn fungsi konten disini lebih sebagai bahan pembicaraan atau diskusi atau conversation. So konten tidak lagi menjadi raja, namun lebih seperti pemerintahan demokrasi yang mewadahi proses conservation oleh para user.

Web baru yang baru seperti facebook, Linkedin di value diatas 1 milyar dolar, dan kalau dilihat value sebesar itu dibangun dari para penggunanya/user.

So, content vs conversation….. who is the winner?

In to Digital Media

Digital Media Post by: brahmastagi No Comments »

Saat pertama kali mulai menulis digital media, yang terbayang adalah media-media baru yang berbasis digital seperti Internet, mobile phone, namun perkembangan teknologi digital saat ini sudah lebih jauh lagi. Secara singkat dapat dikatakan semua media utama dalam 5-10 tahun kedepan akan menjadi digital. beberapa perubahan pada media lama dapat di jelaskan sebagai berikut:

  1. TV Digital, teknologi TV digital di sini maksudnya ialah pengertian pola broadcast yang bersifat satu arah akan menjadi tidak relevan digantikan olah TV digital dimana customer dapat menonton konten apa saja kapan saja, tidak lagi harus mengikuti jadwal acara TV yang kaku. dengan demikian pola iklan 30 dt bisa jadi tidak lagi relevan.
  2. Digital radio, sama seperti TV digital, pada saat nya orang dapat akan memilih untuk mendengarkan acara apa dan kapan melalui radio,
  3. Newspaper & magazine, kita sudah tahu bahwa saat ini banyak berita-berita yang biasa kita dapat di newspaper dan magazine dapat dibaca secara bebas di Internet. namun lebih jauh lagi yang saya maksud peralihan newspaper dan magazine ke media digital ialah dengan ditemukannya kertas digital dan tinta digital sehingga nantinya orang yang memiliki kertas digital dapat menerima berita-berita paginya dalam format yang telah di customize untuk dirinya. begitu juga majalah-majalah.
  4. Billboard, kedepannya billboard akan berubah menjadi digital sehingga kontennya dapat di sesuaikan setiap waktu sesuai dengan event yang terjadi disekitar areanya. poster-poster kemungkinan juga akan di gantikan oleh layar-layar digital.

So,… siap-siap saja terutama untuk marketer untuk mengadopsi media baru ini. karena karakteristik media jelas akan berbeda.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in